top of page
BOOK 1: THE FARTHEST

Chapter 2:

Skip to One

Satu menit menjadi satu jam, satu jam menjadi satu hari, satu hari menjadi satu minggu, begitupun seterusnya, tak terasa sudah cukup lama Kinasle dan Ryusen pergi dari desa. Dunia langit sangat luas, mereka telah melewati banyak pulau langit, bertemu berbagai jenis burung, berburu ini itu, atau beristirahat di tempat yang tak pernah mereka ketahui sebelumnya. Namun, perjalanan ini tentu tak hanya berisi hal yang menyenangkan, sesekali Asle dan Ryu bertengkar hanya karena hal sepele yang berujung pada saling mendiamkan hingga makan malam. Tetapi justru itu lah yang menambah warna dalam perjalanan mereka. Menyebalkan tapi tidak pernah mengecewakan. 

 

Terkadang Ryu berpikir bahwa apa jadinya jika ia tidak pergi mencari Langit Tenggelam yang Paling Jauh bersama Kinasle. Mungkin saat ini ia sedang menjalani kehidupannya yang begitu-gitu saja. Meskipun melelahkan, mencari kebahagiaan bersama Asle akan terbungkus rapi menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Begitu pun dari sisi Asle. Terbang bersama Ryu, teman dekatnya sejak kecil membuat ia sangat senang karena walaupun ia terbiasa melakukannya bersama ayah untuk berburu, terbang kali ini berbeda. Sangat semangat karena ia akan menemukan kebahagiaan yang ia cari sebelumnya!

 

Hari ini perjalanan terasa cukup panjang. Matahari bersinar dengan kuat, sampai-sampai baju mereka basah karena keringat. Waktu menunjukkan sekitar pukul  2 siang dan mereka merasa perlu istirahat sejenak. Terlihat sebuah air terjun yang sangat indah di pulau langit dekat dengan keberadaan mereka. “Ryu! Air terjun! Ayo kesana, di desa kita kan tidak ada!”, Kinasle langsung menarik tangan Ryu tanpa berpikir panjang. “Kina kau semangat sekali sih! Tadi katanya lelah, ini kenapa terbangnya jadi cepet banget!”, ucap Ryu agak kaget karena Kina benar-benar bersemangat. “Justru itu kita main air dulu biar gak lelah. Ayo udah mau sampai!” 

 

*BRRR* *BRRR* Suara air terjun mulai terdengar. Tak terlalu deras, jernih, dan banyak ikan di muaranya, ‘sempurna’ batin Asle. Ia sangat senang, baru kali ini ia dapat bermain di air terjun. Seketika ia merasa segar dan semakin ceria. Ryusen juga sudah beberapa kali mencuci muka di dekat air terjun, kini ia sedang melihat sekeliling. Pemandangan yang indah, beruntung ia bisa melihatnya. Ryusen terbang agak tinggi untuk melihat pemandangan secara keseluruhan, hingga tiba-tiba ia teriak dengan sangat ribut sambil tersenyum jahil.

 

“KINA CEPAT KESINI!! ADA SEKAWANAN BURUNG YANG KAU SUKA!”. Mengapa burung? Ya, jadi ada satu jenis burung yang sangat Asle suka yaitu burung Yeoli. Bulunya warna warni, sayapnya cukup besar dan memiliki rambut berwarna ungu di kepalanya. Asle pernah bercerita pada Ryu bahwa saat itu ia pertama kali melihat burung Yeoli di salah satu hutan di pulau mereka, namun keberadaannya jarang sekali. Mendengar itu Asle langsung menghampiri Ryu yang ada di atas sana. “MANA MANA?” Sontak Ryusen tertawa terbahak-bahak. Lucu sekali ini anak ini, dipancing burung Yeoli saja langsung menghampiri. “Ih kok tertawa?! Ryu penipu ternyata gaada burung Yeoli! Mau kau apasih ah aku kesal sekali, DASAAR!”, Kinasle lagi-lagi menoyor kepala Ryu. “Hahahaha! Habisnya kau main air sampai lupa sekitar bahkan aku pergi ke atas sini kau tidak sadar. Bagaimana kalau aku meninggalkanmu sendirian di sini?” “Ya tapi jangan begitu! Menyebalkan sekali.” Kinasle masih kesal dengan Ryu, dan langsung membalikkan badan. Ia berusaha mengatur nafasnya agar lebih tenang, sampai akhirnya ia kembali tercekat. “Ryu, sini. Apa kau lihat di ujung sana seperti ada kuil?” Mendengar itu, Ryu mencoba mencermati pandangannya. “Ah sepertinya. Ayo kita ke sana! Mungkin di sana kita bisa menemukan sesuatu.” Kinasle pun langsung setuju tanpa ragu meninggalkan air terjun favoritnya. 

 

Tak perlu waktu lama, mereka akhirnya sampai di tempat tersebut. Ternyata benar dugaan mereka, itu adalah kuil. Kuil yang sangat artistik khas generasi sebelumnya, juga penuh nuansa warna coklat dan emas. Tetapi kuil ini terlihat sudah lama ditinggalkan masyarakat setempat. Lumut dan rumput-rumput liar banyak tumbuh di sini sehingga mengganggu suasana dan visual kuil. Mereka lalu berjalan dan sampailah di bagian tengah kuil. Ternyata di bagian ini terlihat jauh lebih rapi dan bersih daripada bagian depan tadi. “Kurasa ini tempat bersejarah, namun aku takjub melihatnya masih sangat terawat.” “Mungkinkah kau pikir ada orang di sini?”, tanya Ryu. “Entahlah. Eh lihat ini cepat! Ukiran ini, apakah ini sebuah peta?” “Astaga Kina. Mata mu benar-benar teliti.Tentu saja ini sebuah peta! Coba kita lihat, kita berada di sini lalu ini seperti ada pulau udara besar…. dan kota...” Ucap Ryusen sambil menunjuk titik-titik di peta. “Apakah ini benar-benar….” Mereka saling melihat satu sama lain, “LANGIT TENGGELAM YANG PALING JAUH?!” Ucap mereka bersamaan, ekspresi langsung berubah menjadi sangat senang.

 

“AH AKU SENANG SEKALI RYU! TERNYATA ITU SEMUA TIDAK MITOS!”, ucap Kinasle sambil melompat kegirangan. “Kau benar! Aku juga tidak menyangka.” Sambil melihat peta tersebut, mereka terus mengobrol mengenai kesenangan dan harapan mereka. “Tidakkah kau pikir ini sangat baik? Kita mendapat petunjuk dari kuil ini dan bahkan dapat digunakan untuk menemukan tempat itu sebentar lagi! Ah aku tidak sabar, pasti di sana aku bisa memiliki emas dan uang tanpa perlu bekerja keras.”,ucap Kinasle.  “Kau ini, memangnya semua keinginanmu itu akan tersedia di sana?”, ucap Ryu. “Tentu saja! Kau kok malah menjatuhkan harapanku sih. Aku juga yakin di sana kau bisa menemukan apa yang kau cari, Ryu! Sudah terpikirkan belum apa keinginanmu?”, jawab Asle. “Hm, entahlah. Sejauh ini aku hanya ingin perasaan monoton dalam hidupku hilang. Bosan aku merasakannya. Mungkin aku akan lebih mengetahuinya ketika kita tiba di sana.”


Selepas melihat ukiran yang ternyata adalah sebuah peta dan kembali berkhayal apa saja yang akan mereka temukan di sana, mereka kembali ke aula depan tempat patung peribadatan berada. “Lebih baik kita berdoa untuk perjalanan kita.”, ajak Asle. “Setuju, aku juga ingin mengucap syukur atas apa yang terjadi hari ini” Ryusen dan Kinasle pun berdoa dalam diam. Ryusen merasakan sesuatu yang tidak beres dari kuil ini, sebenarnya. Ia memiliki Mystical Art jarak dekat sehingga ia bisa merasakan energi yang berada di sekitarnya. Saat ini ia merasa terganggu karena ada energi negatif di beberapa tempat di sini, namun ia tidak bisa memastikan di mana tepatnya. Ia mencoba mengabaikan energi itu namun ternyata energi itu semakin kuat. Tiba-tiba energi asing itu datang menghampiri mereka lalu memecah keheningan yang ada.

album art e 2.png
bottom of page