
BOOK 1: THE FARTHEST
Chapter 4:
BRAND NEW WORLD
“Terima kasih atas semuanya, kumohon temukan tempat itu untukku.”
The Last Resort of Long-Range Mystical Art: Sun Eruption
Sinar yang sangat kuat nan terang terpancar dari tangan Asle. Terangnya sinar tersebut bahkan mengalahkan sinarnya matahari hingga ia malu untuk tetap hadir. Matahari pun perlahan-lahan menenggelamkan dirinya pada malam. Pancaran sinar dari tangan Asle menghancurkan semua reruntuhan yang menjepit tubuh Ryusen. Ya, Asle rela melakukan apapun bahkan mengeluarkan kekuatan yang sangat besar untuk menyelamatkan temannya, Ryu. Menyadari hal itu, Ryusen kemudian menengadah dan mencoba berlari ke arah Kinasle. Tetapi semuanya terlambat, bahkan sebelum Ryusen mulai berlari. Asle tahu apa konsekuensinya jika ia mengeluarkan kekuatan ini dan benar saja, tanpa berlama-lama Asle jatuh pingsan. Tak ada pijakan, dari atas kuil yang kemudian runtuh Kinasle terjatuh ke dunia bawah. Tanpa berpikir panjang, Ryusen langsung berusaha menyusul Kinasle dan mencoba menangkapnya agar dapat sampai di dunia bawah dengan selamat.
“Mengapa?! Mengapa kau menyelamatkan aku?”, teriak Ryu brutal, “Setelah semua yang kita korbankan, kau malah membuang energi hanya untuk menyelamatkanku, daripada terbang menyelamatkan diri dan melanjutkan pencarian itu?! Seharusnya kau, Kina. Seharusnya kau yang memang menemukannya. Seharusnya kau yang bisa merasakan kebahagiaan mu yang sesungguhnya. Seharusnya kau. SEHARUSNYA KAU, KINA!”, Ryu mulai terisak, tak lagi kuat menahan emosi dan rasa paniknya atas apa yang dilakukan Kinasle untuknya. Ryu terus berusaha meraih tangan Asle, tapi sulit sekali. Jauh, terlalu jauh. “Setelah semua ini, mungkin kau dulu pernah berjanji bahwa kau akan membuatku tersenyum bahagia ketika kita berhasil menemukan tempat itu. Tetapi aku tidak apa jika gagal, karena aku sendiri bahkan tak tahu apa kebahagiaanku!” Dramatisnya semua hal ini. Emosi, sedih, panik, semua Ryusen rasakan sambil terus meraih tangan Kinasle di saat mereka berdua masih melayang di langit. Berbahaya, namun apa daya? “Pikir Ryu, pikir! Cobalah untuk jadi orang yang berguna, setidaknya untuk temanmu. Selamatkan temanmu.” Benak Ryusen beradu. Setelah itu, semuanya sudah ia yakini, matanya memicing tajam.
“Dua orang berbeda dapat memainkan hal yang sama, Kina.”
The Last Resort of Close Range Mystical Art: Clear Sky
Energi yang sangat besar keluar dari segenap tubuh Ryusen termasuk tulang, otot, darah, sistem respirasi, dan saraf. Cahaya clear sky yang sangat terang membuat gelapnya malam yang menemani langit berubah menjadi warna merah muda dan ungu. Pada jumlah energi yang besar ini, Ryusen juga tahu apa konsekuensinya. Ia dapat mencelakai tubuhnya sendiri. Tetapi dengan kekuatan besar ini, ia dapat melaju hingga 150 meter hanya dengan sekejap mata. Akhirnya, ia berhasil mengejar dan menangkap Kinasle. “Terima kasih Clear Sky”. Pandangan Ryusen perlahan lahan kabur, tapi ia lalu menempelkan tangannya ke tubuh Kinasle. Setidaknya Kinasle sekarang ada di genggamannya.
“Aku ingin dirimu lebih daripada semua kebahagiaan lain di dunia.”,
Ryusen terus berusaha sekuat tenaga untuk meluncur, tapi tanpa sangka sinar kekuatan Clear Sky akhirnya habis. Sembari mengalaminya, Ryu sekelebat melihat sebuah gunung dengan dua puncak. Ia pun menyadari sesuatu, maka dari itu ia mengecek kalung udaranya. Perlahan kalungnya mulai berfungsi kembali. Ia pun bersiap untuk menggunakan seluruh sisa tenaga yang ia punya untuk setidaknya meluncur dan melawan semua tekanan yang bisa membuatnya jatuh agar ia dan Kinasle bisa mendarat dengan selamat. Ryusen lalu menyipitkan mata, ada daratan! Ia menutup matanya, mengontrol kembali nafasnya, menstabilkan posisinya, dan menenangkan pikirannya. Ingatannya ketika dulu ia menenggelamkan wajahnya di danau dingin itu kembali terputar, menyegarkan, menenangkan. Tiba-tiba mata Ryu menatap semakin tajam, sangat tajam sampai mengalahkan pedang terbaik yang berhasil dibuat oleh ahlinya.
“Aku akan menyelamatkanmu.”
