top of page
BOOK 1: THE FARTHEST

Chapter 3:

MEMENTO MORI

Sebuah pancaran sinar laser tiba-tiba saja menyerang Asle dan Ryusen. Ryusen yang sudah merasakan ada yang tidak beres sejak awal reflek menarik dan melempar tubuh Kinasle ke tempat yang lebih aman untuk menghindari ledakan akibat laser itu.Ada penyerang yang misterius di sini. “Kina! Kau tak apa?”, teriakku. “Bisakah kau melemparku dengan lebih pelan?!”,”Hey! Kau tadi hampir mati terkena ledakan jika aku tidak melemparmu, dan kau malah protes seperti itu? Kau lihat penembaknya tidak?”, “Tidak. Aku tak bisa melihat apapun akibat asap tebal dari ledakan tadi.”, “Ah iya! Bahkan hanya dengan sinar laser yang kecil tadi sudah dapat menyebabkan ledakan separah ini. Siapapun yang melakukannya, ia pasti seorang ahli.” Setelah mencoba berpikir dan memperkirakan siapa yang menyerang mereka tadi, tiba-tiba suara yang berat, sangat keras, juga tegas terdengar, “JANGAN CARI APA YANG SUDAH TERGAMBAR, TEMUKANLAH HAL YANG BARU AKAN DITULIS.”, mereka berdua tercengang. Suara ini, “YNITSED?!”

 

Ynitsed adalah makhluk kolosal kuno yang katanya menguasai seluruh langit sebelum manusia hidup. Mereka bisa berbentuk macam-macam, namun yang paling umum adalah seperti yang baru saja menyerang Kinasle dan Ryusen. Tubuhnya terbuat dari bebatuan dan kerikil kuil, ukurannya sangat besar bagai raksasa. It is shaped like golem tetapi ia bisa membuat kehancuran yang sangat besar.

“JANGAN CARI APA YANG SUDAH TERGAMBAR, TEMUKANLAH HAL YANG BARU AKAN DITULIS.”, Ynitsed mengucapkan hal itu berulang-ulang. “Sepertinya ia terus berkata itu entah untuk mencegah kita melakukan pencarian lebih jauh atau ia hanya berusaha melindungi kuil ini.”, ucap Asle kepada Ryusen. “Ah bisa jadi, aku pernah membaca buku yang mengatakan bahwa jika ada seseorang yang berhasil melawan Ynitsed akan bisa membuat Ynitsed terus mengabdi padanya.”, “Jadi kau pikir ini semua ulah dari seseorang yang berhasil mengalahkan Ynitsed pada generasi sebelum kita untuk mencegah ada orang lain yang mencari Langit Tenggelam yang Sangat Jauh atau mungkin berhasil menemukan kuil ini?”, “Ya, itu yang yang kumaksud sebelum—”, sebelum Ryusen menyelesaikan omongannya, sebuah laser lainnya kembali lebih dulu menyerang mereka. Kali ini, reflek mereka berdua langsung bekerja sehingga dapat menghindari serangan tersebut. Meskipun demikian, ledakan kali ini lebih besar disertai dengan gelombang yang kuat sehingga bisa memisahkan mereka berdua. “Apa yang harus kita lakukan, Kina?”. Tanya Ryu. “Jika kau bertanya padaku, maka tidak ada jawaban lain. Lawan!”

 

Mystical Art of Long-Range: Silent Venus!

Asle mulai mengumpulkan energinya membentuk sebuah busur yang besar. Ia memperhatikan setiap pergerakan Ynitsed, diam-diam ia membidik posisi di mana Ynitsed menembakkan lasernya. Ketika Asle masih memperhatikannya, sebuah suar keluar dari satu mata Ynitsed yang berbentuk berlian itu. Lagi-lagi ia meluncurkan lasernya. Asle langsung menghindar dengan lompatan dengan bantuan kalung langitnya, sambil melayangkan busurnya ke Ynitsed. Busur itu tak sedikitpun melukainya, bahkan tak berdampak apa-apa. Nyatanya, Ynitsed masih tetap membombardir mereka dengan laser. “BUSURMU TIDAK BEREFEK APAPUN PADANYA!”, teriak Ryu. “AKU TAHU, BODOH. TUJUANKU MEMANG BUKAN UNTUK MENYAKITINYA.”, “Lalu?”, “Lihat tempat panahku tertancap. Itu titik lemahnya. Aku pikir ia termasuk Ynitsed range type. Jadi, ” Kinasle menyunggingkan senyum miringnya, “Serangan jarak dekat adalah serangan yang cocok untuknya.”, Ryusen melanjutkan ucapan Asle.

 

Mystical Art of Close Range: Daylight

 

Energi yang sangat optimal menggerakkan seluruh tubuh Ryusen, terus mondar-mandir menuju makhluk itu. Energi tersebut dibiarkannya memimpin seluruh otot tubuh Ryu. Ia merasa ringan bahkan dapat bergerak lebih cepat. Ia selalu berhasil memperkirakan dan menepis laser-laser yang dilayangkan padanya. Ketika dirasa sudah cukup dekat, Ryu mengambil lompatan agar dapat sejajar dengan titik lemah Ynitsed. Ia sudah bersiap untuk melayangkan tinjunya, “RASAKAN IN—”, teriakan Ryu langsung terhenti karena dirinya tidak bisa mendekati makhluk  itu bahkan akhirnya Ryu terlempar ke depan tubuh Asle. “DIA PUNYA TEKNIK DEFENSIF?!”, gerutu Ryusen pada Asle.

 

“JANGAN CARI APA YANG SUDAH TERGAMBAR, TEMUKANLAH HAL YANG BARU AKAN DITULIS.”, sang musuh masih saja meneriakkan kalimat itu. Sebelumnya Asle mengatakan bahwa musuh mereka adalah Ynitsed tipe jarak jauh. Mystical Art dibagi menjadi 5 jenis. Serangan jarak jauh, jarak dekat, defensif, pendukung, dan kelincahan.”. Makhluk dengan kekuatan jarak dekat memiliki keunggulan untuk menyerang makhluk berkekuatan jarak jauh, karena si jarak dekat dapat menepis dan mendekati musuh. Sementara itu kekuatan jarak jauh tidak bisa untuk berpindah dengan cepat , bahkan yang ia bisa adalah memperbesar jarak antara musuh dan dirinya. Semakin jauh jarak ia dan musuh, semakin besar kekuatan yang bisa dikeluarkan si jarak jauh. Si Defensif memiliki keunggulan melawan jarak dekat karena defensif dapat mengandalkan daya tahannya yang kuat. Ia dapat menahan serangan yang datang dengan cepat, dan seorang defensif cenderung memiliki ketahanan stamina yang lebih baik daripada si jarak dekat. Jadi ketika si jarak dekat mulai melemah dan pingsan, defensif akan melayangkan pukulan terakhir padanya. Pukulan yang tak terlalu keras namun cukup untuk membuat lawannya yang lemah tak sadarkan diri bahkan meninggal di tempat. Si jarak jauh tentu lebih unggul daripada defensif, karena jika seorang defensif melakukan perlawanan dengan diam di tempat, si jarak jauh dapat terus memperbesar jaraknya dengan defensif lalu menyerang dan mengalahkannya. Hal ini karena si jarak jauh tidak perlu berurusan dengan serangan yang datang dengan cepat atau pergerakan yang tiba-tiba seperti yang dihadapi si jarak dekat.

 

“JANGAN CARI APA YANG SUDAH TERGAMBAR, TEMUKANLAH HAL YANG BARU AKAN DITULIS.”

“AKU JUGA TERKEJUT MENGETAHUI KEMAMPUANNYA.”, balas Kinasle dengan berteriak pula. “Aku punya ide.”, ucap Ryu. Setelah memberitahu idenya, Kinasle dengan cepat memahami dan bergegas terbang. Ryusen pun kembali mempersiapkan dirinya. “Oi halo, kepala batu. Aku tidak mengerti mengapa kau terus meneriakkan kalimat tak jelas itu, tapi sudah cukup untuk hari ini.”, ucap Ryusen dengan nada mengejek.

 

Mystical Art of Close Range: Boundless Cloud

 

Ryusen memfokuskan seluruh energi pada kakinya, lalu melompat dan terus melompat mengelilingi Ynitsed. Ia mendekatkan dirinya dengan sang lawan sambil tetap mempertahankan posisinya yang lebih tinggi daripada makhluk itu. Ryusen terus menepis semua laser yang ditembakkan padanya. Setelah Ryusen cukup dekat, “Seingatku jarak antara pembatas dengan tubuh makhluk itu sekitar 3 meter dan berbentuk parabola,” , gumam Ryusen pada dirinya. Ia lalu mempersiapkan dirinya dan terus mengulangi ucapannya sambil menyesuaikan posisi yang paling tepat untuk menyerang, “tidak, tidak, tidak cukup dekat. Aku harus lebih dekat lagi, lagi, ayo sedikit lagi.. SEKARANG!”, teriak Ryusen.

 

Mystical Art of Close Range: Heavy Rain

 

Energi dari tubuh Ryu saat ini terfokus pada kedua tangannya. Ia melayangkan banyak pukulan yang sangat kencang dengan cepat. Karena warna energi dari tubuh Ryu adalah biru terang, semua serangannya terlihat seperti hujan deras yang turun dari langit. Serangan itu terus menghujami pembatas yang melindungi tubuh Ynitsed. Tiba-tiba suara yang aneh membuat Ryusen agak menyipitkan matanya, ternyata itu disebabkan karena retakan dari pembatas yang ia pukuli. Ryusen meraih sesuatu dari kimono keluarganya, yang mana adalah panah Kinasle dari Mystical Art of Long Range : Pluto’s Gaze! Ryu menancapkan panah itu pada pembatas yang kian meretak, lalu teriak, “SUDAH SAATNYA KINA!”, bersamaan dengan sinyal itu Ryusen tapped his sense to the arrow. Panah yang tertancap itu memberikan Kinasle kesadaran spasial akan seluruh ruang yang ada di sekitarnya. Saat ini, Kinasle berada di jarak yang optimum untuk dapat menghancurkan pembatas tersebut hanya dengan satu kali serang. “YA KAU MINGGIR, BODOH!”, Kinasle berteriak karena ia bisa merasakan Ryusen masih terus berusaha menghancurkan pembatas itu dengan kekuatan heavy rain nya. Mendengar Kina menteriakinya, Ryusen langsung menjauhkan dirinya dari tempat itu. Kinasle mempersiapkan semua kekuatan pikiran, tubuh, dan jiwanya dengan satu tarikan nafas yang panjang.

Mystical Art of Long-Range: Harpoon of an Envy Neptunus

 

Kekuatan yang sudah Asle kumpulkan ia bentuk layaknya Harpoon yang tajam, besar, dan siap menyerang siapapun yang menjadi targetnya. Harpoon itu akan semakin kuat dan tajam, semakin jauh jarak yang ditempuhnya. Itulah mengapa Kinasle yang bisa melakukannya, karena kemampuannya adalah di mystical art jarak jauh. Lagi, Asle menarik napas panjang untuk siap untuk mengarahkan harpoon itu ke panah Pluto’s Gaze yang sudah tertancap di pembatas milik Ynitsed. Bersamaan dengan dihembuskannya semua udara dalam paru-parunya, harpoon itu langsung mengenai tepat sasaran. Batasan Ynitsed runtuh tanpa menunggu lama. “HABISI IA, RYUSEN!”. Mendengar itu, Ryusen tersenyum “Ini kali pertama kau memanggil namaku depanku dengan lengkap.” Bagaikan suatu dorongan yang langsung membakar semangat Ryusen, tanpa ragu ia melompat lebih tinggi untuk meninggikan posisinya lagi daripada makhluk itu. “Ayo selesaikan sekarang juga.”. Ryusen langsung melompatkan dirinya dari ketinggian ke tubuh Ynitsed, mengambil ancang-ancang dengan kepalan tangan untuk melakukan pukulan terakhir kepada makhluk kolosal itu.

 

Mystical Art of Close Range: Weather Repo-

 

Di tengah itu semua, tiba-tiba Ryusen berhenti karena Ynitsed mengangkat kedua tangannya bagaikan seseorang yang menyerahkan diri. Aura kelegaan terpancar dari Ynitsed. Ia seperti,terbebaskan.

 

Mystical Art of Close Range: Warm Light After Thunderstorm

 

Ryusen lalu mengubah pendiriannya dengan menarik kembali tangan yang sudah terkepal itu. Ia lalu memfokuskan tenaganya ke kedua tangan lalu mengeluarkan kekuatannya yang lain. Dibukanya tinjuan itu menjadi jari yang saling tertaut satu sama lain. Semakin ia mengumpulkan tenaganya, semakin tajam tangannya bagai bilah pisau. Setelah itu, tanpa berlama lama hanya dengan satu tebasan Ryusen berhasil membunuh Ynitsed. Kekuatannya kali ini sebenarnya cenderung untuk membunuh musuh secara perlahan sehingga membuatnya menderita hingga ajal menjemputnya. Namun, Ryusen telah memodifikasi kekuatan ini. Ia menghilangkan segala rasa sakit yang dirasakan musuh ketika terbunuh karena kekuatan ini. Rasa sakit berubah menjadi perasaan yang diselimuti kehangatan dari cahaya yang terang. Ryusen lalu melihat musuhnya mulai hancur mencari pecahan pecahan batu. Kinasle lalu menghampiri Ryusen. “Makhluk ini akhirnya berhenti menembakkan laser dan juga kalimat yang tak masuk akal itu setelah aku melompat ke atasnya. Aku menyadari sesuatu. Tubuh makhluk ini dipenuhi dengan lumut yang sangat banyak, itu berarti ia sudah hidup bersamaan dengan adanya kuil ini. Sepertinya ia melakukan pekerjaan untuk menjaga kuil ini seumur hidupnya karena diperintahkan oleh seseorang yang kemudian membuat hidup Ynitsed menjadi monoton dan membosankan.  Itulah mengapa barusan ia seperti merelakan dirinya untuk aku bunuh, karena ia pikir lebih baik mati terbunuh daripada dipaksa melayani perintah yang tak berujung.  Entah lah aku merasa diriku dan dirinya mengalami hal yang sama.”. Kalimat yang diucapkan Ryu membuat Asle tersenyum. “Dari semua anak-anak dari pelatihan yang kita ikuti dulu, aku sangat senang bisa melakukan perjalanan ini bersamamu.”, ucap Asle dalam hati.

 

Suara dentuman diikuti dengan getaran besar muncul dari bawah kaki mereka. Suara itu nyatanya dipicu oleh ledakan dan bawah tanah yang mulai runtuh. Mereka kemudian menyadari bahwa kuil tempat mereka berada saat ini juga mulai ikut runtuh. Ryu dan Asle berlari ke tepi pulau dan mempersiapkan tenaga mereka. Namun perlu diingat bahwa tenaga mereka sudah sangat terkuras akibat melawan Ynitsed. Mereka pun mengumpulkan segenap tenaga yang tersisa untuk setidaknya bisa terbang selama 30 detik. Ketika Ryu dan Asle masih mengumpulkan tenaganya, tiba-tiba ada reruntuhan jatuh tepat di atas tubuh Ryu. Meskipun matanya masih reflek dengan cepat, namun ia tak kuat lagi untuk berpindah menghindari reruntuhan itu. Tubuh bagian bawah Ryusen terkena puing-puing dari kuil. Pada saat ini, kalung langit miliknya tak lagi berfungsi.

Ryu melihat Kinasle yang berdiri di sana sambil masih terkejut, “Pergi! Pergi saja tanpa aku Aku tak tahu apakah aku dapat bertahan, tapi aku akan menyusulmu jika aku berhasil pergi dari tempat ini!”, teriak Ryu. “Kumohon, tinggalkan saja aku. Aku akan menyusulmu, Kina.” Tentu saja semua itu bohong. Tentu saja semua reruntuhan ini yang ada akan membunuh Ryusen. Ryu tidak mau temannya khawatir padanya, ia ingin Kinasle berhasil menemukan tempat itu untuknya. Dilema, Asle ingin membantu Ryu tetapi jika ia membantunya maka sisa tenaganya akan habis dan ia bisa pingsan. Dalam hal ini, menarik paksa tubuh Ryusen hanya akan membuat tubuhnya terbagi menjadi dua. Selain itu, Asle juga sangat ingin pergi melanjutkan pencariannya akan Langit Tenggelam yang Paling Jauh. Semua itu adalah mimpinya, alasan dari semua perjalanannya, tempat yang menjadi tujuannya. Dengan semua pemikiran itu, dengan satu tarikan nafas Kinasle menentukan pilihannya. Mata Ryusen dan Kinasle bertemu, keduanya tersenyum satu sama lain dan saling mengangguk.

 

“Terima kasih untuk semuanya, kumohon temukan tempat itu untukku.”

album art f 3.png
bottom of page