top of page
BOOK 2: THE SUNKEN

Chapter 12:

Mixtape: Your Name

Hari ini telah tiba, hari di mana aku akan kembali ke tempat asalku. Jika aku tak salah, cuaca hari ini akan cerah. Aku  sudah mempersiapkan semuanya. Perjalanan yang dibutuhkan mungkin sekitar satu bulan. Sejenak aku berpikir, apakah aku satu-satunya orang yang memutuskan untuk meninggalkan tempat ini? Atau mungkin pernah ada yang melakukan hal serupa, namun sudah sangat lama sekali sampai bahkan tidak diketahui kabarnya? Ah, aku tak akan pernah mengetahui itu. Lagi pula, aku juga tidak peduli. Mungkin aku orang pertama dari desaku yang memutuskan untuk kembali setelah merasakan kehidupan di yang dikenal Langit Tenggelam yang Sangat Jauh. Aku akan berangkat setelah matahari cukup memancarkan sinarnya dan menyinari hari. Tapi sebelum itu, ada satu hal yang ingin kulakukan dahulu.

Saat ini aku sedang duduk di tangga, di pinggir jalan. Aku juga bingung mengapa setiap aku melakukan sedikit pemanasan dengan berlari, pasti pada akhirnya aku akan berhenti di tempat ini. Selalu. Takdir seperti mengarahkanku kesini. Tempat ini terasa familiar. Semuanya terasa seperti nostalgia, namun aku juga menyadari bahwa sebenarnya aku tidak pernah kesini dengan sengaja. Rasanya seperti De Javu dan Jamais Vu terhubung menjadi satu. Perasaanku merasakan sesuatu saat duduk di sini. Aneh, tapi rasanya sangat nyaman sehingga aku memutuskan untuk beristirahat di tempat ini.

“Permisi, apakah kita pernah bertemu sebelumnya?”, suara yang tak asing terdengar dari atas tangga. Suara yang familiar, hangat, dan menenangkan. Aku membalikkan badan, mencoba menemukan siapa orang yang memanggilku itu. Namun mataku terbelalak, aku terkejut karena tidak ada siapapun di sana. “Hah? Apa halusinasiku saja ya?”, pikirku. Aku bisa merasakan suara itu seperti mengingatkanku pada seseorang. Tapi tidak tahu siapa. Seseorang itu rasanya sangat dekat denganku. Siapa ya? Mungkin ini semua terdengar agak gila tapi aku bisa merasakan seperti sudah mengenalnya bahkan sebelum aku lahir. Apakah ini dari kehidupan masa laluku? Ah, lagi lagi aku tidak tahu.

Tiba-tiba aku teringat apa yang mau aku lakukan sebenarnya. Aku ingin memastikan sesuatu. Aku langsung berdiri dan berlari lagi lalu berhenti di ujung blok ini. Dari kejauhan aku bisa melihatnya, Kina. Sepertinya ia tidak menyadari bahwa aku memperhatikannya. Di sana ramai, banyak pejalan kaki dan pekerja yang hendak berangkat ke kantornya. Aku tahu ini semua terkesan seperti sedang menguntit, walaupun memang ada benarnya sih. Tapi aku benar-benar hanya ingin memastikan sesuatu. Huh, namun semua ini sulit karena aku bahkan tidak bisa fokus pada tujuan awalku itu. ‘Jadi memang benar ada wanita secantik dia.’, ‘Aku sayang dia, aku akan menunggunya.’. Alih-alih fokus, aku malah tenggelam pada pesonanya. Aku mencoba fokus kembali—dan ah! Ternyata dia masih memakai cincin dari ku! Haha, aku sangat senang sampai mataku berkaca-kaca. Sebelum ia sadar akan keberadaanku, aku sudah memutuskan untuk menancapkan langkahku ke arah lain.

“Sampai jumpa lagi, Kinasle Sirenetaki!”

Sekarang aku sedang mendaki gunung dengan dua puncak itu. Aku harus sampai puncak sebelum malam. Dari sana, aku akan mulai terbang menuju pulau langit terdekat. Seharusnya ini tak akan sulit. Tapi aku tidak tahu karena aku melakukannya sendiri. Beberapa jam berlalu, akhirnya aku sampai di puncak. Aku bisa melihat semuanya dari sini, pemandangan kota yang akan aku tinggal pergi. Kutarik napas dalam-dalam, lalu satu langkah kuambil, aku tinggalkan tempat ini dan terbang.

Selamat tinggal, Langit Tenggelam yang Sangat Jauh.

ART MYN.png
bottom of page